Waspada! 10 Wilayah RI Berpotensi Tsunami Menurut Peringatan Resmi BMKG
Ditulis oleh: Only Pioneer
Tanggal: Jum'at, 10 Oktober 2025
Pendahuluan
Dalam pengumuman terbarunya, 10 wilayah di Indonesia masuk dalam kategori berpotensi terdampak tsunami, berdasarkan hasil pemodelan gelombang laut dan analisis seismik BMKG.
Indonesia, sebagai negara kepulauan yang berada di antara cincin api Pasifik (Ring of Fire), memang dikenal memiliki risiko tinggi terhadap bencana geologis seperti gempa bumi dan tsunami. Fenomena ini kerap terjadi akibat pertemuan tiga lempeng tektonik besar, yakni Lempeng Indo-Australia, Eurasia, dan Pasifik.
Peringatan dini ini menjadi peringatan penting bagi masyarakat pesisir agar tetap waspada dan meningkatkan kesiapsiagaan terhadap kemungkinan terburuk.
Baca juga:
BMKG Mengeluarkan Peringatan Dini Tsunami?
BMKG menjelaskan bahwa sistem peringatan dini tsunami di Indonesia bekerja berdasarkan deteksi gempa signifikan dan analisis cepat dari lokasi pusat gempa.
Jika gempa memiliki magnitudo besar (≥7 SR) atau berpusat di bawah laut dengan kedalaman dangkal (<70 km), maka sistem akan mengaktifkan model potensi tsunami otomatis.
Menurut Kepala Pusat Gempa BMKG, data menunjukkan bahwa gempa yang terjadi pada hari Minggu (5/10/2025) berkekuatan 7,3 SR dengan kedalaman 35 km, berpusat di perairan selatan Jawa hingga Nusa Tenggara.
Hasil pemodelan menunjukkan kemungkinan terbentuknya gelombang tsunami kecil hingga sedang, terutama di 10 wilayah pesisir berikut ini.
Daftar 10 Wilayah Indonesia yang Berpotensi Tsunami Menurut BMKG
Berdasarkan analisis resmi BMKG, berikut daftar lengkap 10 wilayah yang diminta untuk meningkatkan kewaspadaan:
- Kabupaten Pacitan, Jawa Timur
- Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah
- Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta
- Kabupaten Bantul, Yogyakarta
- Kabupaten Jembrana, Bali
- Kabupaten Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat
- Kabupaten Dompu, Nusa Tenggara Barat
- Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur
- Kabupaten Alor, Nusa Tenggara Timur
- Kabupaten Sumba Barat, Nusa Tenggara Timur
BMKG menegaskan bahwa peringatan dini ini bukan berarti tsunami pasti terjadi, melainkan langkah preventif agar masyarakat dapat segera melakukan evakuasi mandiri bila terjadi perubahan permukaan laut secara signifikan.
Sejarah Tsunami di Indonesia: Pelajaran Berharga bagi Semua
Indonesia telah mengalami berbagai peristiwa tsunami besar dalam sejarahnya, di antaranya:
- Tsunami Aceh (2004): menewaskan lebih dari 230.000 orang, menjadi salah satu bencana alam terbesar abad ke-21,
- Tsunami Pangandaran (2006): akibat gempa 7,7 SR di lepas pantai Jawa Barat, menewaskan ratusan jiwa,
- Tsunami Palu (2018): kombinasi gempa 7,4 SR dan likuifaksi tanah, menimbulkan kerusakan masif di Sulawesi Tengah.
Dari berbagai peristiwa tersebut, Indonesia belajar pentingnya sistem mitigasi dini, edukasi masyarakat, dan peningkatan infrastruktur tangguh bencana.
Peran Teknologi BMKG dalam Deteksi Tsunami
BMKG kini telah memanfaatkan teknologi canggih berbasis satelit dan sensor bawah laut (buoy system) yang terhubung dengan Indonesia Tsunami Early Warning System (InaTEWS).
Sistem ini mampu:
- Mendeteksi getaran seismik dalam hitungan detik,
- Mengirim peringatan otomatis ke pemerintah daerah, media, dan aplikasi publik,
- Melakukan pemodelan gelombang tsunami secara real-time,
- Memberikan estimasi waktu tiba (ETA) gelombang di setiap wilayah pesisir.
Dengan teknologi ini, masyarakat diharapkan bisa mendapat informasi lebih cepat, sehingga evakuasi dapat dilakukan tepat waktu.
Mitigasi Bencana: Langkah Nyata Menghadapi Ancaman Tsunami
BMKG menekankan bahwa pengetahuan dan kesiapsiagaan masyarakat menjadi faktor penting untuk mengurangi risiko korban jiwa.
Berikut langkah-langkah mitigasi yang disarankan:
- Kenali tanda-tanda alam - air laut surut mendadak setelah gempa kuat bisa jadi pertanda tsunami,
- Segera evakuasi ke tempat tinggi - jangan tunggu instruksi, utamakan keselamatan,
- Jangan kembali sebelum aman - tunggu informasi resmi dari BMKG atau BPBD,
- Ikuti jalur evakuasi - pemerintah daerah telah menyiapkan peta evakuasi di banyak wilayah pesisir,
- Edukasi keluarga dan anak-anak tentang prosedur tanggap darurat,
- Dengan kesadaran kolektif, dampak bencana dapat ditekan seminimal mungkin.
BMKG Imbau Warga Tetap Tenang, Namun Tetap Siaga
Melalui konferensi pers virtual, Kepala BMKG menegaskan bahwa masyarakat tidak perlu panik berlebihan, tetapi tetap mengikuti arahan pemerintah daerah.
BMKG juga bekerja sama dengan Basarnas, TNI, Polri, dan BNPB untuk memastikan koordinasi evakuasi berjalan lancar bila terjadi peningkatan risiko.
“Kami mengimbau masyarakat pesisir selatan Jawa hingga Nusa Tenggara untuk tetap tenang, waspada, dan selalu memperbarui informasi resmi dari BMKG,” ujar Kepala BMKG.
BMKG juga menegaskan tidak ada potensi tsunami besar saat ini, namun sistem peringatan dini tetap aktif untuk memantau pergerakan laut secara berkelanjutan.
Pentingnya Literasi Bencana di Era Digital
Salah satu tantangan yang sering dihadapi adalah penyebaran hoaks di media sosial.
BMKG mengingatkan masyarakat agar tidak mudah percaya pada pesan berantai atau gambar lama yang beredar tanpa sumber resmi.
BMKG kini aktif menggunakan akun media sosial resmi, aplikasi mobile “Info BMKG”, dan situs web untuk memberikan update real-time terkait gempa dan potensi tsunami.
“Hanya informasi dari kanal resmi BMKG yang dapat dijadikan acuan,” tegas lembaga tersebut.
Tindakan Pemerintah Daerah di 10 Wilayah Siaga
Pemerintah daerah di 10 wilayah siaga telah meningkatkan status kewaspadaan dan menyiagakan posko tanggap bencana di berbagai titik.
Beberapa langkah nyata yang dilakukan antara lain:
- Simulasi evakuasi di sekolah dan desa pesisir,
- Pemasangan sirene dan rambu evakuasi tambahan,
- Peningkatan kesiapan tim SAR dan relawan,
- Koordinasi cepat antarinstansi untuk penyaluran logistik bila dibutuhkan.
Pandangan Ahli: Potensi Tsunami Bisa Diprediksi, Tapi Tidak Bisa Dihentikan
Ahli geologi Universitas Gadjah Mada, Dr. Rian Pradana, menjelaskan bahwa gempa di zona subduksi seperti di selatan Jawa hingga Nusa Tenggara memang berpotensi menghasilkan tsunami, namun energi dan arah gelombang sulit dipastikan secara akurat.
“Kuncinya bukan menakuti, tapi menyiapkan. Peringatan BMKG bukan untuk menimbulkan kepanikan, tapi agar masyarakat tahu apa yang harus dilakukan jika kondisi memburuk,” ujarnya.
Harapan ke Depan: Indonesia Lebih Siap Hadapi Ancaman Alam
Dengan semakin majunya teknologi dan kesadaran publik, Indonesia diharapkan semakin tangguh menghadapi potensi bencana, Pemerintah juga tengah mendorong pembangunan shelter vertikal tsunami, peta risiko nasional, serta edukasi kesiapsiagaan di sekolah-sekolah.
Langkah ini diharapkan mampu menjadikan Indonesia sebagai negara tangguh bencana (disaster-resilient nation) di masa depan.
Faktor Geografis yang Menjadikan Indonesia Rawan Tsunami
Indonesia merupakan negara dengan posisi geografis yang sangat kompleks. Negara ini terletak di antara tiga lempeng besar dunia, yakni:
- Lempeng Indo-Australia di bagian selatan,
- Lempeng Eurasia di bagian utara, dan
- Lempeng Pasifik di bagian timur.
Ketiga lempeng tersebut terus bergerak dan saling bertumbukan, menyebabkan aktivitas gempa bumi tektonik yang tinggi, Ketika tumbukan terjadi di dasar laut, maka dapat memicu pergeseran dasar laut secara vertikal, dan inilah yang sering menjadi penyebab gelombang tsunami.
BMKG mencatat, rata-rata setiap tahun terjadi lebih dari 5.000 gempa bumi di wilayah Indonesia, baik dalam skala kecil maupun besar. Dari jumlah tersebut, sebagian di antaranya memiliki potensi memicu tsunami, terutama jika pusat gempa berada di dasar laut dan dangkal.
“Kita hidup di atas wilayah yang aktif secara geologis. Maka, bukan bencana yang harus kita takuti, melainkan ketidaksiapan kita menghadapi bencana,” ujar Dr. Mega Lestari, ahli geofisika dari ITB.
Baca juga:
Zona Paling Rawan Tsunami di Indonesia Menurut Peta BMKG
BMKG bersama LIPI dan Badan Geologi telah membuat Peta Zona Rawan Tsunami Nasional yang memperlihatkan tingkat risiko di seluruh wilayah Indonesia.
Hasilnya menunjukkan bahwa terdapat tiga kawasan besar yang dikategorikan sangat berisiko tinggi terhadap tsunami:
- Pesisir Selatan Pulau Jawa hingga Nusa Tenggara,
- Menjadi jalur subduksi aktif tempat Lempeng Indo-Australia menekan Lempeng Eurasia,
- Wilayah ini mencakup Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, NTB, dan NTT,
- Pesisir Barat Sumatera,
- Sumber gempa besar seperti yang terjadi di Mentawai (2010) dan Aceh (2004),
- Aktivitas seismik di kawasan ini termasuk paling aktif di dunia,
- Wilayah Timur Indonesia (Maluku dan Papua),
- Banyak patahan lokal aktif, seperti Patahan Sorong, yang berpotensi menghasilkan gempa besar dan tsunami lokal,
- Peta ini sangat berguna untuk perencanaan tata ruang, pembangunan infrastruktur, dan sistem evakuasi.
Daerah-daerah yang masuk zona merah diharapkan tidak dibangun pemukiman padat di tepi pantai tanpa sistem peringatan dini yang memadai.
Bagaimana Tsunami Terjadi? Simulasi Sains Sederhana
Secara ilmiah, tsunami terbentuk akibat gangguan vertikal di dasar laut. Ketika lapisan kerak bumi bergeser secara tiba-tiba, air laut di atasnya ikut terdorong naik dan membentuk gelombang energi besar.
Gelombang ini bisa bergerak dengan kecepatan hingga 800 km/jam di laut dalam, hampir secepat pesawat jet.
Namun saat mendekati pantai, gelombang tersebut melambat dan meningkat ketinggiannya secara drastis, bisa mencapai lebih dari 20 meter, tergantung kontur pantai dan kedalaman laut, Itulah mengapa daerah dataran rendah dan landai di pesisir menjadi sangat berisiko.
Tsunami yang terlihat kecil di tengah laut bisa berubah menjadi gelombang raksasa ketika tiba di garis pantai.
Infrastruktur Tanggap Tsunami: Dari Sirene Hingga Shelter Vertikal
Dalam beberapa tahun terakhir, pemerintah Indonesia bekerja sama dengan JICA (Japan International Cooperation Agency), UNESCO, dan BNPB untuk memperkuat infrastruktur tanggap bencana tsunami.
Beberapa langkah besar yang sudah dilakukan antara lain:
- Pembangunan Menara Sirene Tsunami,
- Sirene ditempatkan di titik-titik strategis pesisir selatan Jawa dan Sumatera,
- Suara sirene diaktifkan otomatis jika sistem InaTEWS mendeteksi potensi tsunami,
- Pembangunan Shelter Vertikal,
- Bangunan bertingkat tinggi yang dirancang menahan tekanan gelombang tsunami,
- Dapat menampung ratusan warga dalam waktu singkat,
- Pemasangan Buoy dan Tide Gauge,
- Alat pengukur ketinggian air laut dan tekanan dasar laut untuk mendeteksi perubahan cepat,
- Data dikirim ke pusat BMKG secara real-time,
- Pembuatan Jalur dan Peta Evakuasi Digital.
Kini banyak daerah memiliki aplikasi evakuasi berbasis GPS yang menunjukkan rute tercepat menuju zona aman.
Langkah-langkah ini merupakan bagian dari strategi nasional menuju Indonesia Tangguh Bencana 2045.
Pendidikan dan Simulasi: Kunci Utama Selamat dari Tsunami, Selain teknologi, pendidikan kebencanaan menjadi fondasi utama untuk menyelamatkan nyawa,
BMKG dan BNPB rutin mengadakan simulasi evakuasi tsunami di sekolah, kantor, dan desa pesisir.
Kegiatan ini mengajarkan:
- Cara mengenali tanda-tanda tsunami alami,
- Langkah evakuasi cepat tanpa menunggu sirene,
- Titik kumpul aman, dan,
- Teknik penyelamatan anak-anak dan lansia.
Menurut survei BNPB tahun 2024, tingkat kesadaran masyarakat terhadap risiko tsunami meningkat hingga 72%, naik signifikan dari 51% pada tahun 2019.
Artinya, edukasi publik memberikan dampak nyata dalam mengurangi risiko korban jiwa.
Kisah Inspiratif: Desa Siaga Tsunami di Pangandaran
Salah satu contoh sukses edukasi dan kesiapsiagaan datang dari Desa Pananjung, Pangandaran, Jawa Barat.
Setelah tsunami 2006, warga setempat membentuk komunitas “Desa Siaga Tsunami” yang terdiri dari relawan lokal, pelajar, dan tokoh masyarakat.
Mereka berinisiatif membuat:
- Jalur evakuasi permanen dengan tanda panah,
- Posko informasi bencana,
- Pelatihan tanggap darurat rutin setiap bulan, dan,
- Sistem komunikasi radio antarwarga.
Ketika terjadi gempa besar tahun 2022, masyarakat Pananjung berhasil melakukan evakuasi massal tanpa korban jiwa.
Inisiatif ini kini menjadi model nasional mitigasi berbasis komunitas yang direkomendasikan oleh BNPB dan BMKG.
Peran Media dan Blogger dalam Sosialisasi Informasi Bencana
Di era digital, media daring dan blogger memainkan peran penting dalam menyebarkan informasi kebencanaan yang akurat.
Sayangnya, masih banyak konten yang menakut-nakuti tanpa dasar ilmiah, yang justru menimbulkan kepanikan. Sumber: https://inatews.bmkg.go.id/
Blogger dan jurnalis diimbau untuk:
- Mengutip sumber resmi (BMKG, BNPB, atau BPBD),
- Tidak membuat judul clickbait berlebihan,
- Menulis edukatif dan solutif, bukan hanya sensasional.
Perkembangan Sistem Tsunami Warning Terbaru (2025)
Pada tahun 2025, BMKG telah memperbarui sistem InaTEWS 3.0 dengan fitur-fitur baru, di antaranya:
- Kecerdasan teknologi untuk menganalisis kecepatan peringatan,
- Integrasi data satelit internasional,
- Sistem broadcast otomatis ke media sosial, TV, dan radio dalam 2 menit pertama pascagempa.
Dengan peningkatan ini, BMKG mengklaim dapat memberikan
peringatan dini tsunami 60% lebih cepat dibandingkan sistem lama, Kecepatan informasi menjadi faktor penyelamat utama dalam
situasi bencana alam.
Apa yang Harus Dilakukan Setelah Mendengar Peringatan Tsunami
Berikut panduan dari BMKG dan BNPB yang perlu diingat setiap warga pesisir:
- Segera menjauh dari pantai, meski air laut terlihat tenang,
- Gunakan jalur evakuasi terdekat menuju tempat tinggi minimal 20–30 meter dari permukaan laut,
- Bawa perlengkapan penting: dokumen, air, senter, dan ponsel,
- Bantu kelompok rentan seperti anak-anak dan lansia,
- Dengarkan radio lokal atau pantau aplikasi Info BMKG untuk pembaruan resmi,
- Langkah sederhana ini dapat menyelamatkan ribuan jiwa ketika bencana datang tanpa diduga.
Tsunami Mikro dan Tsunami Non-Tektonik: Ancaman Baru yang Perlu Diwaspadai
Selain tsunami akibat gempa tektonik, para ilmuwan kini memperingatkan potensi tsunami non-tektonik seperti:
- Tsunami akibat longsor bawah laut,
- Letusan gunung api bawah laut (contohnya Gunung Anak Krakatau 2018),
- Perubahan tekanan atmosfer ekstrem,
- Jenis tsunami ini biasanya lebih lokal, datang lebih cepat, dan sulit diprediksi.
Karena itu, pengawasan berbasis sensor tekanan laut
(pressure gauge) kini ditingkatkan di sekitar gunung api laut aktif seperti
Anak Krakatau, Banda, dan Flores.
Harapan dan Rencana Jangka Panjang
BMKG, BNPB, dan Kementerian Kelautan tengah mempersiapkan program 2030 Tsunami Ready Indonesia, yang menargetkan:
- 100% wilayah pesisir memiliki rencana evakuasi langsung maupun di dunia digital,
- Semua sekolah di pesisir menjadi Sekolah Siaga Bencana,
- Terbentuk 1.000 relawan digital tsunami, dan
- Pemanfaatan Alat untuk analisis dini gempa bawah laut.
Program ini diharapkan menjadikan Indonesia sebagai contoh global mitigasi tsunami berbasis masyarakat.
Penutup: Waspada Bukan Berarti Panik
Peringatan BMKG mengenai 10 wilayah berpotensi tsunami bukan untuk menakut-nakuti, melainkan agar masyarakat lebih siap dan sigap menghadapi risiko alam, Kesiapsiagaan harus menjadi budaya, bukan reaksi sesaat.
Dengan kerja sama antara pemerintah, ilmuwan, media, dan
masyarakat, Indonesia dapat menghadapi setiap tantangan alam dengan ketenangan
dan pengetahuan.
“Bencana tidak dapat dihindari, tetapi korban dapat dicegah,” - Slogan resmi BMKG 2025.
Peringatan resmi BMKG menyebut 10 wilayah Indonesia
berpotensi tsunami akibat aktivitas gempa terkini, Ketahui penyebab, langkah
mitigasi, serta edukasi kesiapsiagaan agar aman dari ancaman bencana alam.
Peringatan resmi BMKG tentang 10 wilayah Indonesia yang berpotensi tsunami merupakan bentuk tanggung jawab lembaga negara dalam melindungi masyarakat, Kewaspadaan harus selalu dijaga, namun kepanikan harus dihindari.
Kesiapan mental, edukasi publik, serta dukungan teknologi modern menjadi kunci utama dalam menghadapi bencana alam di negeri kepulauan ini, Tetap waspada, tetap tenang, dan selalu perbarui informasi hanya dari BMKG.go.id atau kanal resmi pemerintah.



