Peringatan BMKG: Wilayah Indonesia Siaga Potensi Tsunami Akibat Gempa Terkini
Ditulis oleh: Redaksi Pengetahuan Nusantara
Tanggal: 10 Oktober 2025
Indonesia adalah negara kepulauan dengan garis pantai sangat panjang, Kondisi geologisnya yang berada di antara beberapa lempeng tektonik aktif menyebabkan potensi gempa bumi dan tsunami tinggi.
Baca juga:
Peringatan Tsunami Dikeluarkan?
Ketika terjadi gempa kuat yang pusatnya berada di dasar laut dan memiliki karakteristik tertentu (kekuatannya, kedalaman, arah pergeseran), maka InaTEWS (Indonesia Tsunami Early Warning System) segera memproses data untuk mengeluarkan peringatan dini tsunami jika diperlukan. Sumber: inatews.bmkg.go.id
Peringatan ini bukan klaim bahwa tsunami pasti terjadi, tetapi sebagai sinyal agar wilayah pesisir meningkatkan kesiagaan, memantau kondisi laut, dan mengambil langkah evakuasi jika petanda nyata muncul.
Tentang InaTEWS: Sistem Peringatan Dini Tsunami Indonesia
Apa itu InaTEWS?
InaTEWS adalah sistem peringatan dini tsunami yang dikelola oleh BMKG, bekerja secara real-time atau mendekati real time, untuk mendeteksi gempa dan memodelkan potensi tsunami.
Sistem ini menggunakan jaringan alat pemantauan seperti:
- Stasiun seismik / seismometer untuk mendeteksi gempa bawah laut,
- Tide gauge untuk memantau perubahan muka air laut di pantai,
- Buoy (pelampung laut lepas) untuk mendeteksi gelombang laut di perairan dalam GPS & sistem komunikasi data untuk memproses dan mengirim informasi secara cepat ke pusat BMKG dan otoritas daerah.
Fungsi dan Proses Disseminasi Peringatan
Setiap kali terjadi gempa dengan parameter tertentu (misalnya magnitudo cukup besar, sumbernya di laut), InaTEWS akan:
- Mendeteksi gempa (lokasi, kedalaman, magnitudo),
- Melakukan analisis awal apakah gempa tersebut memiliki potensi memicu tsunami,
- Jika dianggap berpotensi, sistem akan memodelkan gelombang laut dan menyebarkan peringatan ke otoritas terkait (BPBD, TNI, Basarnas, pemerintah daerah) dan publik (via media, website, sirene),
- Mengupdate pemberitahuan (misalnya konfirmasi ancaman, pembatalan, atau pemutakhiran) tergantung pengamatan gelombang laut nyata (sea level anomalies) maupun data tide gauge / buoy.
Dalam pedoman InaTEWS disebutkan bahwa terdapat empat jenis buletin (bulletin) yang dapat diterbitkan:
- Bulletin Tipe 1: informasi gempa bawah laut,
- Bulletin Tipe 2: prakiraan dini ancaman tsunami (ETA, ETH),
- Bulletin Tipe 3: pembaruan prakiraan dan observasi muka laut,
- Bulletin Tipe 4: finalisasi peringatan (tsunami dinyatakan selesai atau aman).
Keterbatasan dan Tantangan
Meski sistem ini canggih, ada beberapa tantangan nyata:
- Keterlambatan data: dalam beberapa kejadian, data tide gauge atau buoy tidak segera tersedia atau mengalami gangguan,
- Tsunami non-tektonik: InaTEWS terutama dirancang untuk tsunami dari gempa tektonik. Tsunami akibat longsor bawah laut atau gunung api (seperti peristiwa di Selat Sunda 2018) sulit dideteksi secara otomatis oleh sistem utama; BMKG sedang mengembangkan sistem tambahan bernama InaTNT (Indonesia Tsunami Non-Tectonic) untuk mengatasi ini,
- Keterbatasan cakupan sensor laut: belum seluruh laut Indonesia memiliki jaringan buoy yang optimal, terutama di wilayah timur jauh,
- Pemeliharaan & keandalan: alat di laut terbuka rentan rusak karena cuaca ekstrem, gelombang, atau korosi laut.
Alasan Peringatan: Kondisi Gempa & Potensi Tsunami Terbaru
- Pada situs InaTEWS, ada bagian “Gempabumi Realtime” yang memuat data gempa secara otomatis dan terus diperbarui oleh BMKG,
- Ketika parameter gempa memenuhi ambang tertentu (magnitudo & kedalaman serta lokasi bawah laut), sistem akan memperingatkan bahwa kondisi potensi tsunami harus diperhatikan lebih lanjut,
- Contohnya, pernah terjadi gempa M = 7,3 dengan kedalaman dangkal yang memicu peringatan Tsunami PD-4 dari InaTEWS,
- Selain itu, daftar 30 tsunami terakhir yang di-publish di InaTEWS memberikan catatan peristiwa tsunami yang sudah tercatat; peringatan baru dikeluarkan berdasarkan pola yang telah dianalisis dari sejarah tersebut.
Dengan demikian, ketika muncul peringatan BMKG seperti judul artikel ini, itu berarti: gempa telah terjadi, model awal menunjukkan kemungkinan pembentukan gelombang tsunami, dan publik di wilayah pesisir sebaiknya meningkatkan kewaspadaan.
Wilayah Siaga: Siapa yang Harus Waspada?
Peringatan BMKG umumnya mencakup wilayah pesisir yang terkait dengan kemungkinan gelombang datang berdasarkan model propagasi.
Wilayah yang sering masuk ke radar siaga antara lain:
- Pesisir selatan Pulau Jawa
- Bali dan Nusa Tenggara
- Pesisir timur Sumatra
- Selatan Sulawesi
- Pesisir barat dan timur Kalimantan dalam kasus tertentu.
Kapan pun peringatan diumumkan, masyarakat di kabupaten/kota pesisir tersebut dianjurkan memantau perkembangan, siap evakuasi, dan menjauhi pantai bila ada gejala alam mencurigakan seperti laut surut mendadak atau bunyi gemuruh dari laut.
Antisipasi & Mitigasi di Daerah Pesisir
Tanda Alam yang Harus Diketahui
Beberapa tanda alam yang sering menjadi sinyal tsunami:
- Mendengar gemuruh dari laut
- Air laut surut mendadak
- Gelombang laut mendadak tinggi atau muncul ombak kecil terus-menerus.
Jika tanda ini muncul setelah gempa, masyarakat sebaiknya langsung evakuasi tanpa menunggu sirene atau instruksi lanjutan.
Jalur Evakuasi & Titik Aman
Setiap daerah pesisir idealnya memiliki:
- Peta evakuasi tsunami, yang menjelaskan jalur tercepat ke tempat tinggi
- Rambu petunjuk evakuasi di sepanjang jalan menuju zona aman
- Shelter vertikal, terutama jika daerah tidak memungkinkan evakuasi horizontal tinggi
- Simulasi rutin untuk memastikan warga tahu apa yang harus dilakukan saat peringatan dinaikkan.
Edukasi Masyarakat & Literasi Bencana
Pemerintah daerah, BPBD, dan BMKG secara berkala melakukan:
- Pelatihan dan simulasi di sekolah, desa, dan komunitas pesisir
- Pemasangan papan informasi dan leaflet mitigasi bencana
- Penggunaan aplikasi seluler / media sosial resmi untuk menyebarkan informasi tsunami
- Peningkatan literasi bencana penting agar warga tahu bahwa peringatan bukan untuk menakut-nakuti, melainkan menyelamatkan.
Tsunami Terkenal dan Pelajaran yang Didapat
Tsunami Sunda Strait 2018 (Non-Tektonik)
Pada 22 Desember 2018, peristiwa longsor bawah laut akibat letusan Gunung Anak Krakatau memicu tsunami besar di Selat Sunda. Gelombang menghantam pesisir Banten dan Lampung.
Kejadian ini menyoroti bahwa tsunami bisa terjadi tanpa gempa tektonik besar, sehingga sinyal alam dan data laut juga sangat penting sebagai indikator.
Pada kasus ini, sistem utama (InaTEWS) tidak mengeluarkan peringatan secara otomatis karena mekanisme generasi tsunami berbeda dari gempa tektonik.
Tsunami Palu 2018 (Gabungan Faktor Tektonik dan Likuifaksi)
Gempa berkekuatan ~7,5 SR mengguncang Sulawesi Tengah, disusul tsunami lokal dan fenomena likuifaksi (tanah menjadi jenuh air dan runtuh), Gelombang tsunami mencapai beberapa meter dan menjalar cepat ke pemukiman pesisir.
Peristiwa ini menunjukkan bahwa selain sistem peringatan, ketahanan infrastruktur dan kesiapan masyarakat sangat memegang peran penting.
Baca juga:
Apa yang Boleh & Tak Boleh Dilakukan Saat Peringatan BMKG Aktif
Yang Harus Dilakukan:
- Segera menjauh dari pantai ke arah tinggi
- Ikuti jalur evakuasi resmi
- Bawa perlengkapan darurat: air, makanan ringan, obat-obatan, lampu senter
- Bantu anggota keluarga yang rentan: anak-anak, lansia
- Pantau perkembangan melalui kanal resmi BMKG / InaTEWS.
Yang Tidak Boleh Dilakukan:
- Menunggu terlalu lama berharap peringatan dibatalkan
- Mendekat kembali ke pantai sebelum diumumkan aman
- Menyebarkan hoaks atau foto/gambar lama sebagai indikasi tsunami
- Tidak mematuhi arahan evakuasi lokal.
Manfaat Jangka Panjang dan Harapan Sistem
Penerapan InaTEWS yang terus disempurnakan memberikan beberapa manfaat strategis:
- Deteksi dini lebih cepat (penerbitan peringatan dalam hitungan menit)
- Koordinasi lebih baik antar lembaga (BPBD, Basarnas, TNI, masyarakat)
- Pengurangan korban dan kerusakan bila masyarakat tanggap dan evakuasi berjalan lancar
- Kesadaran bencana meningkat di kalangan publik.
BMKG dan mitra (LIPI, BPPT, BIG, pemerintah daerah) terus melakukan penelitian, penambahan sensor, perawatan alat, dan pengembangan sistem baru seperti InaTNT untuk tsunami non-tektonik.
Pola Historis Tsunami di Indonesia: Pelajaran dari Masa ke Masa
Indonesia memiliki rekam jejak tsunami paling kompleks di dunia, terutama karena berada di pertemuan tiga lempeng besar: Eurasia, Indo-Australia, dan Pasifik.
Menurut catatan BMKG dan InaTEWS, setidaknya terdapat lebih dari 170 peristiwa tsunami sejak abad ke-17 yang teridentifikasi secara ilmiah.
Tsunami Aceh 2004 - Titik Balik Sejarah Dunia
Gempa berkekuatan 9,1 SR di lepas pantai barat Sumatra pada 26 Desember 2004 memicu gelombang tsunami raksasa:
- Lebih dari 230.000 jiwa meninggal di 14 negara, termasuk Indonesia, Sri Lanka, Thailand, dan India,
- Dampaknya begitu luas hingga memicu pembentukan sistem peringatan tsunami global.
BMKG kemudian membangun InaTEWS pada tahun 2008 sebagai bentuk keseriusan nasional untuk pencegahan bencana serupa.
Tsunami Pangandaran 2006 - Gelombang Diam yang Mematikan
Gempa berkekuatan 7,7 SR di selatan Jawa Barat menimbulkan tsunami tanpa tanda-tanda besar di permukaan Gelombang tinggi mencapai 5–7 meter menyapu pesisir Pangandaran, Cilacap, dan Kebumen.
Tsunami ini dikenal dengan istilah “silent tsunami” karena waktu jeda antara gempa dan datangnya gelombang hanya sekitar 10 menit.
Tsunami Palu 2018 - Tsunami di Teluk Tertutup
- Uniknya, Palu berada di teluk sempit yang memperkuat gelombang pantulan.
- BMKG menemukan bahwa faktor topografi dasar laut memperbesar amplitudo tsunami hingga 3 - 6 meter.
- Inilah alasan mengapa riset tsunami lokal (local tsunami modeling) kini menjadi prioritas dalam pengembangan InaTEWS 2.0.
Teknologi Modern dalam Sistem Peringatan Dini BMKG
Integrasi Teknologi dan Machine Learning
BMKG kini mulai memanfaatkan Artificial Intelligence (AI) untuk memproses data gempa dalam hitungan detik.
Model tersebut mampu:
- Menentukan parameter gempa awal secara otomatis
- Memprediksi potensi tsunami berdasarkan training data dari ribuan kejadian sebelumnya
- Menyaring “false alarm” agar publik tidak panik tanpa alasan
- Teknologi ini diuji di Pusat Seismologi Nasional BMKG dan hasil awalnya menunjukkan akurasi prediksi 92% dibandingkan metode manual.
Pemantauan Satelit dan Sistem IoT Laut
Kerja sama BMKG dengan lembaga luar negeri seperti JAXA (Jepang) dan NOAA (Amerika Serikat) memungkinkan penggunaan satelit altimetri untuk mengukur anomali permukaan laut secara global.
Data ini dikombinasikan dengan sensor IoT berbasis pelampung laut yang mentransmisikan data secara langsung melalui jaringan VSAT.
Hasil gabungan ini memberi BMKG kemampuan near real-time tsunami observation, yang sangat berguna untuk pembaruan buletin dalam 10 menit pertama setelah gempa.
Big Data & Cloud Seismology
Sistem Cloud Seismology kini memungkinkan ribuan data seismik dikirim dan disimpan tanpa batas waktu.
BMKG mengintegrasikan platform ini dengan InaTEWS 2.0 Dashboard, yang menampilkan peta interaktif gempa, jalur propagasi tsunami, dan waktu estimasi tiba di setiap wilayah pesisir.
Dinamika Geotektonik Indonesia Tahun 2025
Pergerakan Lempeng Indo-Australia
Riset geotektonik menunjukkan bahwa Lempeng Indo-Australia terus menekan ke bawah Pulau Sumatra dan Jawa dengan kecepatan 6–7 cm per tahun.
Tekanan konstan ini menyebabkan zona megathrust di selatan Jawa menjadi area paling potensial memicu gempa besar.
Zona Subduksi Sulawesi dan Maluku
Daerah ini dikenal sangat aktif karena kombinasi lempeng mikro yang kompleks.
Data 2024–2025 menunjukkan peningkatan aktivitas mikro-seismik di Laut Banda dan Teluk Tomini, yang menjadi fokus pemantauan BMKG dan PVMBG.
Potensi Gempa Laut Dalam Papua
Papua berada di jalur tumbukan antara Lempeng Pasifik dan Caroline, menghasilkan gempa laut dalam yang seringkali tidak terasa namun berpotensi memicu deformasi dasar laut.
BMKG menyiapkan 12 stasiun seismik tambahan di wilayah timur untuk memperkuat deteksi di area rawan ini.
Peran Komunitas Digital dan Media Sosial dalam Edukasi Bencana
Literasi Bencana Era Digital
Kini, sebagian besar warga Indonesia memperoleh informasi dari media sosial.
Namun tantangannya adalah penyebaran hoaks bencana yang sering kali memperparah kepanikan.
BMKG mengajak content creator, blogger, dan jurnalis warga untuk membantu menyebarkan informasi resmi dari kanal berikut:
- https://bmkg.go.id
- Akun resmi X (Twitter), Instagram, dan Telegram BMKG
Pembangunan Infrastruktur Anti-Tsunami di Indonesia
Shelter Vertikal & Menara Evakuasi
Sejumlah daerah kini telah membangun menara evakuasi tsunami yang dapat menampung ribuan warga, antara lain di:
- Cilacap, Jawa Tengah
- Padang, Sumatera Barat
- Palu, Sulawesi Tengah
- Maumere, Nusa Tenggara Timur.
Menara ini dirancang dengan struktur beton bertulang dan tinggi minimal 15 meter di atas permukaan laut.
Sistem Peringatan Berbasis Komunitas
- Selain menara, BMKG dan BNPB mengembangkan Community-Based Early Warning System (CBEWS),
- Sistem ini menggunakan sirene lokal, radio VHF, dan pengeras suara masjid untuk menyebarkan peringatan ke masyarakat,
- Pendekatan berbasis komunitas dianggap lebih efektif karena komunikasi sosial di tingkat lokal lebih cepat diterima.
Sinergi Lembaga Nasional dan Internasional
BMKG bekerja sama dengan berbagai lembaga internasional seperti:
- Japan Meteorological Agency (JMA)
- Pacific Tsunami Warning Center (PTWC)
- UNESCO-IOC dalam program Tsunami Ready Communities
- Melalui kolaborasi ini, Indonesia menjadi regional hub peringatan tsunami untuk Asia Tenggara.
BMKG juga sering mengadakan simulasi bersama negara tetangga seperti Filipina dan Malaysia untuk meningkatkan kecepatan koordinasi lintas negara.
Prediksi dan Tantangan Mitigasi di Masa Depan
Keterbatasan Prediksi Jangka Panjang
Hingga kini, belum ada teknologi yang mampu memprediksi kapan gempa besar akan terjadi dengan pasti.
Namun, pendekatan probabilistik berbasis statistik aktivitas gempa memungkinkan BMKG memetakan zona risiko dan memberikan peringatan kesiapsiagaan jangka menengah.
Pendidikan dan Kesadaran Anak Muda
- Generasi muda memiliki peran besar dalam mitigasi jangka panjang,
- Sekolah-sekolah di wilayah rawan kini diwajibkan mengadakan Simulasi Evakuasi Tsunami (SET) minimal dua kali setahun,
- Program ini melatih siswa mengenal sirene, jalur evakuasi, dan titik kumpul.
Kombinasi Teknologi dan Sosialisasi
Teknologi modern seperti aplikasi “Info BMKG” dan sistem peringatan berbasis SMS Broadcast harus diimbangi dengan edukasi tatap muka di masyarakat.
Penggabungan keduanya menciptakan budaya tangguh bencana yang tidak hanya bergantung pada alat, tetapi juga pengetahuan manusia.
Kesimpulan
Peringatan BMKG terkait potensi tsunami bukan sekadar berita, melainkan perangkat penyelamat nyawa, Dengan dukungan teknologi modern seperti AI, satelit, dan IoT laut, sistem InaTEWS semakin cepat dan akurat.
Namun, keberhasilan sistem ini tetap bergantung pada reaksi masyarakat, Kesiapsiagaan individu, edukasi komunitas, dan komunikasi publik menjadi kunci utama.
Indonesia boleh menjadi negara rawan bencana, tetapi juga bisa menjadi negara paling siap menghadapi bencana, bila teknologi dan kesadaran berjalan beriringan.
Peringatan BMKG melalui InaTEWS bahwa beberapa wilayah Indonesia berada dalam status siaga potensi tsunami akibat gempa terkini adalah panggilan untuk kewaspadaan aktif, bukan kepanikan.
Sistem teknologi, komunikasi, serta kesiapan masyarakat harus berjalan bersama.
