-->

Kenapa Denpasar Sering Banjir? Penyebab Hujan Deras dan Dampaknya di Bali

Kenapa Denpasar Sering Banjir? Penyebab Hujan Deras dan Dampaknya di Bali

Kenapa Denpasar Sering Banjir? Penyebab Hujan Deras dan Dampaknya di Bali

Ditulis oleh Only Pioneer • 10 September 2025 • Denpasar, Bali


                                                                      Sumber: Tirto.id

Onlypioneer.com - Denpasar, ibu kota Provinsi Bali, simbol industri pariwisata dan pusat perekonomian pulau, menghadapi masalah banjir yang semakin sering dan intens.
Genangan yang dulunya "insiden musiman" kini terjadi lebih sering dengan dampak lebih luas mengen disrupt aktivitas rumah tangga, usaha kecil, hingga pariwisata internasional.
Untuk merumuskan kebijakan mitigasi yang efektif, penting memahami akar penyebab: apakah banjir ini semata-mata karena hujan deras, atau akibat kombinasi faktor iklim, tata ruang, infrastruktur, dan perilaku masyarakat?

Mengapa Denpasar Rawan Banjir?

Ada beberapa alasan mengapa Denpasar muncul sebagai zona rawan banjir, Secara ringkas posisi geografis di dataran rendah pesisir, limpasan dari daerah hulu, penurunan fungsi lahan resapan akibat urbanisasi, serta keterbatasan drainase.
Di sisi lain, peristiwa cuaca ekstrem makin sering terjadi akibat perubahan iklim yang membuat kapasitas sistem kota teruji di bawah curah hujan tinggi dalam durasi pendek.

Untuk memahami mekanisme banjir di Denpasar, kita perlu memecah faktor menjadi: (1) faktor meteorologis; (2) faktor tata ruang & alih fungsi lahan; (3) infrastruktur drainase & manajemen sampah; (4) faktor sosial-ekonomi yang memengaruhi respons dan adaptasi.

Faktor Meteorologis & Iklim

Perubahan Iklim Global

Perubahan iklim bukan sekadar istilah ia mengubah pola presipitasi global, Laut yang lebih hangat meningkatkan penguapan dan kapasitas atmosfer untuk menahan lebih banyak uap air. Ketika kondisi kondensasi terpenuhi, hujan yang turun cenderung lebih deras.
Dalam konteks Bali, efek ini membuat peristiwa hujan intens menjadi lebih sering.

Peran El Niño dan La Niña

Fenomena ENSO (El Niño Southern Oscillation) memengaruhi pola hujan Indonesia: La Niña meningkatkan curah hujan di wilayah tropis termasuk Bali, sedangkan El Niño cenderung kering. Beberapa kejadian banjir besar di Denpasar bertepatan dengan fase La Niña yang kuat, sehingga curah hujan lokal melonjak jauh melampaui rata-rata.

Monsun, Awan Konvektif, dan Hujan Lokal

Selain ENSO, monsun dan kondisi lokal (mis. udara laut yang lembab bertemu dengan massa udara hangat di daratan) memicu pembentukan awan konvektif yang dapat melepaskan hujan ekstrem dalam waktu singkat. Hujan seperti ini memberi tekanan hebat pada sistem drainase perkotaan.

Faktor Tata Ruang & Urbanisasi

Alih Fungsi Lahan Resapan

Selama dua dekade terakhir, Denpasar mengalami ekspansi perkotaan yang pesat: sawah, rawa, dan lahan resapan banyak berubah menjadi permukiman, hotel, dan pusat komersial.
Lahan yang sebelumnya menyerap air kini menjadi permukaan kedap air (impermeable), sehingga setiap tetes hujan cenderung menjadi limpasan permukaan langsung memasuki selokan dan sungai dengan volume lebih besar.

Kepadatan dan Tekanan Infrastruktur

Pertumbuhan penduduk dan aktivitas wisata meningkatkan kebutuhan infrastruktur: jalan, parkiran, bangunan.
Tekanan ini sering kali mengorbankan ruang terbuka hijau (RTH) yang berfungsi sebagai penyangga. Saat RTH berkurang, kemampuan kota menahan limpasan menurun.

Perizinan dan Kepatuhan Tata Bangunan

Praktik perizinan yang longgar atau pelanggaran tata ruang oleh pengembang memperburuk kondisi. Pembangunan di daerah aliran sungai (DAS) atau zona resapan tanpa mitigasi yang memadai mempercepat dampak banjir.

Drainase, Sampah & Infrastruktur

Kapasitas Drainase yang Terbatas

Banyak saluran permukiman di Denpasar berukuran kecil dan dangkal. Ketika hujan ekstrem terjadi, kapasitas saluran ini mudah terlampaui.
Selain itu, perawatan berkala sering terabaikan sehingga sedimen dan sampah menumpuk — mengurangi debit aliran efektif.

Sumbatan Sampah dan Plastik

Plastik dan sampah lainnya yang dibuang sembarangan menyumbat gorong-gorong dan pintu air. Manajemen sampah yang lemah menjadi faktor pemicu lokal yang sering dilupakan, namun memainkan peran signifikan setiap kali hujan deras.

Pompa, Kolam Retensi, dan Infrastruktur Penopang

Untuk daerah rendah, kebutuhan pompa pembuangan dan kolam retensi sangat penting. Pengadaan pompa darurat dan kolam penampungan strategis dapat membantu menunda limpasan puncak (peak discharge), memberi waktu bagi sistem untuk mengalirkan air tanpa meluap ke permukiman.

Studi Kasus Historis: 2020, 2022, 2024

Meninjau peristiwa sebelumnya membantu kita mengidentifikasi pola: lokasi rawan, waktu mendung, dan kelemahan respons. Berikut ringkasan singkat tiap kejadian besar yang berdampak pada Denpasar:

Banjir Denpasar 2020

Didorong oleh hujan lebat berkepanjangan, sejumlah permukiman di Denpasar Utara dan Timur tergenang. Infrastruktur drainase yang tua dan tersumbat memperparah situasi.
Respon darurat berfokus pada evakuasi dan distribusi bantuan.

Banjir Denpasar 2022

Hujan ekstrem di beberapa titik (kurang lebih 150–180 mm/hari) menyebabkan genangan di jalan protokol. Beberapa titik usaha pariwisata sempat terganggu. Kasus penyakit berbasis air meningkat beberapa minggu setelah kejadian.

Banjir Denpasar 2024

Dianggap sebagai salah satu gelombang banjir terparah dalam lima tahun: kombinasi hujan intens, pasang tinggi, dan beberapa titik drainase yang tidak berfungsi membuat arus evakuasi menjadi menantang.
Analisis pasca-bencana menunjukkan kebutuhan perbaikan sistem drainase secara menyeluruh.

Dampak Sosial-Ekonomi & Pariwisata

Dampak banjir bersifat multi-dimensi: ekonomi, kesehatan, pendidikan, dan citra destinasi. Berikut rincian utama:

Kerugian Ekonomi

UMKM yang mengandalkan arus wisata dan pelanggan lokal mengalami penurunan omzet. Kerusakan properti dan biaya perbaikan infrastruktur publik menuntut anggaran tak sedikit dari pemerintah daerah.

Kesehatan Masyarakat

Air banjir mengandung kontaminan yang meningkatkan risiko diare, leptospirosis, dan penyakit kulit. Layanan kesehatan lokal sering kewalahan ketika terjadi lonjakan kasus.

Dampak pada Pariwisata

Bali mengandalkan reputasi sebagai destinasi aman dan indah. Berita banjir yang tersebar luas dapat menurunkan minat wisatawan, mempengaruhi booking hotel, dan mengakibatkan kerugian pada skala lebih besar yang berhubungan dengan pendapatan devisa.

Upaya Pemerintah & Tantangan Implementasi

Pemerintah Kota Denpasar, bersama Pemprov Bali dan instansi terkait, telah melakukan beberapa upaya: normalisasi sungai, pembersihan saluran, pembangunan kolam retensi terbatas, serta kampanye kebersihan. Namun implementasi menemui hambatan:

  • Anggaran yang terbatas sementara kebutuhan infrastrukturnya besar.
  • Kepentingan ekonomi dan tekanan pembangunan pariwisata yang mendorong alih fungsi lahan.
  • Kurangnya koordinasi lintas-institusi dan pengawasan zonasi yang kurang ketat.
  • Perilaku masyarakat yang belum sepenuhnya berubah (pembuangan sampah sembarangan).

Solusi Jangka Panjang: Infrastruktur, Kebijakan & Teknologi

1. Infrastruktur Hijau

Memperluas ruang terbuka hijau, memulihkan sawah sebagai lahan resapan, membuat taman penyerapan dan memasang sumur resapan (biopori) di kawasan permukiman—semua ini membantu menahan limpasan. Restorasi mangrove di pesisir juga penting untuk menahan gelombang dan menyerap air limpasan.

2. Infrastruktur Keras yang Tepat

Normalisasi sungai secara selektif, peningkatan ukuran saluran, pembangunan kolam retensi strategis, dan penggunaan pompa di titik rendah. Studi kelayakan untuk terowongan penampungan (seperti beberapa proyek di kota besar dunia) dapat dipertimbangkan untuk titik sangat kritis.

3. Smart City & Early Warning System

Implementasi sensor IoT untuk memonitor curah hujan dan level air secara real-time, integrasi data BMKG ke dashboard daerah, serta aplikasi peringatan dini untuk warga akan meningkatkan kesiapsiagaan. Teknologi pemodelan berbasis GIS penting untuk perencanaan zonasi dan prioritas intervensi.

4. Kebijakan Tata Ruang Berbasis Risiko

Pengetatan izin pembangunan di zona resapan dan daerah rawan banjir perlu ditegakkan. Insentif untuk praktik pembangunan hijau (permeable pavement, green roofs) dapat mengurangi dampak pembangunan baru.

5. Partisipasi Masyarakat & Pendidikan

Program edukasi di sekolah, kampanye anti-buang sampah, dan penguatan gotong royong membersihkan drainase rutin harus menjadi bagian dari strategi jangka panjang. Melibatkan desa adat dan pecalang juga menjembatani solusi budaya lokal dan teknis.

Rekomendasi Praktis (Actionable)

  1. Audit drainase kota dan prioritaskan pengerukan di titik tersumbat.
  2. Bangun kolam retensi multipurpose yang juga berfungsi sebagai ruang publik hijau.
  3. Skema insentif bagi pengembang yang menerapkan permeable surfaces dan sumur resapan.
  4. Pilot project sensor IoT di 10 titik rawan untuk early warning.
  5. Perkuat penegakan RTRW dan larangan pembangunan di zona resapan.
  6. Program literasi kebencanaan di sekolah dan komunitas wisata.

Kenapa Denpasar sering banjir? Jawabannya bukan satu kata. Banjir di Denpasar adalah hasil interaksi antara cuaca ekstrem (yang semakin sering terjadi karena perubahan iklim) dan faktor lokal: urbanisasi cepat, kehilangan lahan resapan, drainase yang terbatas, serta masalah manajemen sampah.
Menangani masalah ini menuntut pendekatan terpadu-gabungan kebijakan, infrastruktur, teknologi, dan perubahan perilaku masyarakat.

Denpasar masih memiliki peluang untuk menjadi kota yang tangguh (climate resilient) jika langkah-langkah strategis diterapkan sekarang: restorasi ekosistem, investasi infrastruktur pintar, penegakan tata ruang, dan keterlibatan aktif komunitas.

Referensi & Baca Juga

Ditulis oleh Only Pioneer • 10 September 2025. Untuk data teknis hidrologi rinci, silakan merujuk ke laporan BMKG, BNPB, dan dinas terkait.

LihatTutupKomentar